Jumat, 06 Juni 2008

Provinsi Sumatera Selatan merupakan suatu kawasan seluas 87.017 kilometer persegi di Indonesia Bagian Barat yang terletak di sebelah Selatan garis khatulistiwa pada 1o-4o Lintang Selatan dan 102o-108o Bujur Timur.

Bagian daratan provinsi ini berbatasan dengan provinsi Jambi di sebelah Utara. Provinsi Lampung di Selatan dan provinsi Bengkulu dibagian Timur dibatasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Sumatera Selatan dikenal juga dengan sebutan Bumi Sriwijaya karena wilayah ini pada abad 7-12 Masehi merupakan pusat kerajaan maritim terbesar dan terkuat di Indonesia yang berpengaruh sampai ke Formosa dan Cina di Asia serta Madagaskar di Afrika.

Di samping itu, Sumatera Selatan sering pula disebut sebagai Daerah Batang Hari Sembilan, karena kawasan ini terdapat 9 sungai besar yang dapat dilayari sampai jauh ke hulu. Yakni, Sungai Musi, Ogan, Komering, Lematang, Lakitan, Kelingi, Rawas, Batanghari Leko dan Lalan serta puluhan lagi cabang-cabangnya.


Kabupaten/Kotamadya di Sumatera Selatan

Banyuasin

Empat Lawang

Lahat

Lubuk Linggau

Muara Enim

Musi Banyuasin

Musi Rawas

Ogan Ilir

Ogan Komering Ilir

Ogan Komering Ulu

Ogan Komering Ulu Selatan

Ogan Komering Ulu Timur

Pagar Alam

Palembang

Prabumulih

Iklim Sumsel

Sumatera Selatan beriklim tropis yang hanya dipengaruhi dua musim sepanjang tahun, yakni musim hujan dan musim panas, dengan suhu udara bervariasi 24 sampai 32 derajat celcius dan tingkat kelembaban 73 sampai 84 persen.

Musim hujan relatif jatuh pada bulan Oktober sampai April dengan curah hujan berkisar 2.100 mm sampai 3.264 mm. Musim panas atau kemarau biasanya dimulai bulan Juni sampai September setelah masa transisi bulan Mei.


Topografi Sumsel

Kawasan Timur sampai garis pantai bagian daratan didominasi rawa-rawa dan lebak yang dipengaruhi pasang surut. Tumbuhan palma dan sejenisnya serta kayu bakau merupakan vegetasi utama kawasan itu. Di bagian tengah dan makin ke Barat merupakan daratan rendah dan lembah-lembah luas.

Lebih jauh ke Barat terdiri dari perbukitan dan pegunungan yang menjadi mata rantai Bukit Barisan yang membentang di pulau Sumatera dimulai dari Aceh sampai ke Lampung.

Puncak-puncak Bukit Barisan di Sumatera Selatan di antaranya adalah gunung Dempo (3.159 meter), Seminung (1.954 meter), Patah (2.107 meter), gunung Bungkuk (2.125 meter) dan lain-lain. Di kaki gunung Seminung terdapat Danau Ranau yang luasnya 128 kilometer persegi dengan panorama alam yang indah, juga ideal untuk olahraga air, seperti ski, menyelam, renang, kano, dll.

Kawasan pegunungan dan perbukitan ini yang sebagian besar masih diselimuti hujan lebat sampai ke dataran rendah, umumnya berada pada ketinggian 900-1200 meter dari permukaan laut. Kawasan ini juga merupakan sumber mata air utama dari sungai-sungai besar di Sumatera Selatan yang sebagian besar bermuara di Selat Bangka.

Bagian daratan Sumatera Selatan yang terdiri dari dataran rendah dan tinggi serta pegunungan itu secara umum merupakan lahan yang potensial untuk tanaman perkebunan, pertanian dan hortikultura. Di kawasan ini terdapat perkebunan karet, kopi, teh, kulit manis, kelapa sawit, tanaman padi, sayur-mayur, aneka ragam buah-buahan dengan areal yang cukup luas.


Flora & Fauna Sumsel

Pada umumnya varitas flora dan fauna yang terdapat di Sumatera Selatan sama dengan daerah-daerah lain terutama di Sumatera. Hutan-hutan lebat sampai padang alang-alang masih terdapat pada ketinggian 300 meter dari permukaan laut yang ditumbuhi pula berbagai jenis kayu yang baik untuk bahan bangunan. Antara lain kayu merawan, unglen, kulim, meranti, merbau, dan ratusan jenis lainnya. Selain kayu juga terdapat rotan, berbagai jenis anggrek, raflesia dan lain sebagainya.

Sedang fauna meliputi, gajah, harimau, beruang, rusa, kambing hutan, tapir, buaya, berbagai jenis primata seperti siamang, kera, lutung, beruk, dll. Beberapa di antaranya merupakan binatang langka yang dilindungi. Demikian juga terdapat ratusan jenis burung dan binatang air.


Penduduk, Agama, dan Sosiokultural Sumsel

Berdasarkan hasil sensus tahun 2003 Sumatera Selatan berpenduduk sebanyak 6.718.791 jiwa dengan kepadatan rata-rata 58,78 jiwa/km persegi. Penduduk asli terdiri dari beberapa suku yang masing-masing mempunyai bahasa dan dialek sendiri. Namun dalam komunikasi sehari-hari mempergunakan bahasa Indonesia atau bahasa lokal.

Suku-suku tersebut antara lain suku Palembang, Ogan, Komering, Semendo, Pasemah, Gumay, Lintang, Musi Rawas, Meranjat, Kayuagung, Ranau, Kisam, dan lain-lain.

Semua suku ini hidup berdampingan dan saling membaur dengan suku-suku pendatang termasuk dengan orang asing. Bahkan banyak terjadi perkawinan antar suku.

Setiap suku memiliki adat-istiadat dan tradisi sendiri yang acapkali tercermin dalam upacara perkawinan dan peristiwa-peristiwa penting suatu suku. Bahkan suku-suku di Sumatera Selatan memiliki seni dan budaya sendiri yang saling berbeda atau hampir bersamaan.

Meski tiap kelompok etnik memiliki corak khas dalam kebudayaan dan struktur bahasa sendiri, namun tetap merupakan kesatuan yang sulit dipisahkan satu sama lain dalam lingkungan hukum adat di daerah Sumatera Selatan. Mereka juga saling mempengaruhi sehingga unsur kebudayaan yang satu terdapat juga pada kebudayaan suku lainnya. Hal ini disebabkan adanya proses difusi, akulturasi dan adaptasi. Kesatuan dan keseragaman kebudayaan dalam suku bangsa disadari sendiri oleh para warganya.

Mayoritas penduduk memeluk agama Islam yang berpengaruh pula terhadap adat istiadat, budaya dan kehidupan sehari-hari. Hari-hari besar Islam secara umum dirayakan dengan khitmad, seperti Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Maulud, Isra' Mi'raj, Nuzul Qur'an dan lain sebagainya. Masjid dan mushollah hampir terdapat di setiap pelosok.

Kerukunan antar umat beragama di Sumatera Selatan cukup harmonis. Di daerah ini sifat kegotong-royongan dalam masyarakat tidak membedakan agama, suku ataupun status sosial. Hubungan sosial lebih didasari rasa kebangsaan, sedang tata cara dalam pergaulan sehari-hari lebih dipengaruhi adat istiadat, seperti dalam bersopan santun, berbicara dan lain sebagainya.

Secara umum penduduk Sumatera Selatan bersifat ramah terhadap tamu atau pendatang. Mereka juga sudah menyerap dan beradapatasi dengan modernisasi dan umumnya bersikap terbuka untuk hal-hal positif serta mau menerima pembaruan terutama di bidang pembangunan.


Sejarah, Seni, dan Budaya Sumsel

Sumatera Selatan sudah didiami manusia sejak zaman purbakala. Bukti-bukti sejarah masa lampau itu antara lain berupa situs-situs megalit dalam berbagai bentuk dan ukuran yang dapat disaksikan baik di museum maupun di alam terbuka.

Peninggalan kebudayaan megalit itu merupakan hasil kreasi seni pahat para nenek moyang, terdiri dari arca-arca batu berbentuk manusia, binatang, menhir, dolmen, punden berundak, kubur batu, lumpang batu dan sebagainya yang berukuran kecil sampai raksasa. Bukti-bukti peradaban pada masa 2500 - 1000 tahun sebelum Masehi itu tidak hanya mengesankan bagi wisatawan asing maupun domestik, tetapi juga bagi para ahli yang acapkali datang melakukan penelitian ilmiah.

Di alam terbuka, situs-situs megalit itu sebagian besar terdapat di Kabupaten Lahat, Ogan Komering Ulu dan Muara Enim. Keberadaan benda-benda megalit itu telah melahirkan berbagai legenda dan mitos di kalangan masyarakat Sumatera Selatan. Diantaranya legenda Si Pahit Lidah yang karena kesaktiannya mampu membuat apapun yang tidak disukainya menjadi batu.

Dalam abad 7-13 Masehi, Sumatera Selatan merupakan Pusat kekuasaan kerajaan Sriwijaya dan Palembang sebagai ibukota kerajaan. Di masa jayanya Sriwijaya dikenal sebagai pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan mengenai agama Budha terbesar di Asia Tenggara.

Pada saat itu Kerajaan Sriwijaya dengan kekuatan armadanya yang tangguh, selain menguasai jalur perdagangan dan pelayaran antara Laut Cina Selatan dan Samudera Hindia, juga telah menjadikan daerah ini sebagai sentra pertemuan antar bangsa. Hal ini telah menimbulkan tranformasi budaya yang lambat laun berkembang dan membentuk identitas baru bagi daerah ini.

Tranformasi budaya ini terjadi pula dengan masuknya pengaruh Islam, terutama pada saat Sumatera Selatan di bawah kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam sejak awal abad 15. Sebagian besar penduduk Sumatera Selatan sendiri sudah menganut agama Islam sebelum Kesultanan Palembang berdiri.

Beragam faktor yang mempengaruhi selaras perkembangan masyarakat di Sumatera Selatan itu telah menimbulkan kebudayaan asimilasi di daerah itu baik dalam tradisi seni maupun aspek-aspek lain dalam kehidupan.

Demikian pula rumah tradisional Limas merupakan perpaduan arsitektur bangunan Hindu, Budha, Islam dan rumah tradisional penduduk. Dalam seni ukir, kentara sekali pengaruh Cina, yang sudah dominan sejak masa Sriwijaya. Upacara-upacara perkawinan, pesta panen dan lain-lain kegiatan yang bersifat sakral di kalangan penduduk Sumatera Selatan, juga tidak terlepas dari pengaruh asimilasi budaya itu meskipun pengaruh Islam tetap kuat melekat.


Pariwisata Sumsel

Provinsi Sumatera Selatan merupakan daerah tujuan wisata dan pintu gerbang ke-17 di Indonesia. Di daerah ini para wisatawan selain dapat menikmati keindahan alam, peninggalan sejarah, kesenian daerah dan beragam upacara tradisional, juga dapat menikmati petualangan di alam terbuka. Daerah yang terbagi dalam 10 kabupaten 4 kota masing-masing memiliki kekhasannya sendiri. Namun ciri yang paling khas di daerah ini adalah keramah-tamahan penduduknya dan sikap terbuka terhadap para tamu, sekalipun bangsa asing.

Berbagai souvenir yang mengesankan untuk dibawa pulang juga tersedia seperti songket, kerajinan kayu, kerang, keramik, timah, batu-batu permata, bahkan makanan yang enak. Fasilitas-fasilitas akomodasi seperti hotel-hotel berbintang sampai penginapan yang paling murah, sarana-sarana olahraga seperti lapangan golf sampai sanggar aerobik dan tempat-tempat rekreasi tersedia dalam jumlah yang memadai yang semuanya dirancang untuk membetahkan para wisatawan berkunjung ke Sumatera Selatan.


Cara Berkunjung ke Sumsel

Untuk berkunjung ke Sumatera Selatan dapat ditempuh melalui perjalanan udara, darat, dan laut. Melalui udara misalnya, penerbangan dari Jakarta ke airport Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang, hanya ditempuh selama 47 menit. Penerbangan reguler Jakarta-Palembang pp berlangsung 14 kali dalam sehari. Batam-Palembang setiap hari. Penerbangan dari Singapura ke Palembang 3 kali seminggu.

Dari laut melalui pelabuhan Boom Baru Palembang, atau Pangkal Balam di Bangka dan Tanjung Pandan di Belitung. Sedang untuk jalan darat, dari Selatan melalui Lampung, Utara melalui Jambi dan Barat melalui Bengkulu. Perjalanan darat ini didominasi bus-bus penumpang yang biasanya dilengkapi berbagai fasilitas khusus jika mengangkut para wisatawan. Perjalanan darat juga dapat ditempuh dengan kereta api dari Lampung ke Palembang pp 2 kali sehari.

Selasa, 06 Mei 2008

SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG DI BLOGGER SAYA!!!!!un